Assalamualaikum?
Alhamdulillah minggu yang ceria ini bisa ngepost lagi sob,
Apakabar semuanya? Insayaalah selalu dalam lindungan-Nya. Aamiin.
Kali ini postingan kita akan membahas tentang wabah penyakit PES, ada yang tahu penyakit apakah itu?
Nih buat temen yang dirumahnya banyak tikus, kudu hati-hati nih sob, pasalnya penyakit PES ini ditularkan dari tikus yang terinveksi bakteri Yersinia pestis. Wah bakteri seperti apa ya kira-kira?
Ada yang tahu nggak? Wabah penyakit ini banyak terjadi dalam sejarah, dan telah menimbulkan korban jiwa yang besar. Kasus yang paling dramatis adalah Kematian Hitam ("Black Death") yang terjadi di Eropa pada Abad Pertengahan.
Penasarankan penyakit seperti apa sih PES itu? Yuuukkk Baca disini !, tetap setia baca blognya ya? come on guys!
Penyakit PES
 |
AWAS TERSERANG Penyakit PES / BLACK DEATH ! |
Penyakit pes merupakan penyakit infeksi yang terjadi pada manusia dan hewan yang disebabkan oleh bakteri Yersinia pestis. Pes disebut juga penyakit sampar, plague, atau black death. Penyakit ini ditularkan dari hewan pengerat (terutama tikus) melalui perantara kutu (flea). Kutu perantara yang paling sering adalah jenis Xenopsylla cheopsis. Penyakit ini di Indonesia termasuk salah satu penyakit menular dalam Undang-Undang Wabah yang harus dilaporkan kepada Dinas Kesehatan dalam waktu 24 jam pertama sejak diketahui. Pes disebut sebagai black death karena salah satu gejala penyakit ini adalah kehitaman pada ujung-ujung jari dan tingkat kematiannya yang tinggi.
Gejala yang ditimbulkan :
Gejala timbul 2 hingga 8 hari setelah gigitan kutu, jarang melebihi 15 hari. Sebagian besar penderita mengalami gejala awal yaitu tidak napsu makan, rasa dingin, berdebar- debar, dan nyeri di daerah selangkangan. Berdasarkan gejala, pes dibagi menjadi beberapa tipe, yaitu pes tipe kelenjar getah bening, pes tipe infeksi luas, dan pes tipe paru.
1. Pes tipe kelenjar getah bening (Bubonic plague)
Pes tipe ini paling sering ditemui (75% dari semua kasus pes). Demam merupakan gejala awal; suhu dapat mencapai 41oC, disertai gejala lain seperti nyeri otot, nyeri sendi, nyeri kepala, dan lemas. Segera setelah gejala awal (umumnya dalam 24 jam), pasien merasakan nyeri dan pembengkakan pada kelenjar getah bening.
Gejala khas pada tipe ini adalah adanya pembesaran
kelenjar getah bening (diameter 2-10 cm) yang bengkak dan merah. Kelenjar getah bening yang paling sering terkena adalah kelenjar di selangkangan karena gigitan kutu lebih sering terjadi di kaki. Pada anak, dapat ditemui pembesaran kelenjar getah bening di ketiak atau leher. Dalam hitungan jam, pembengkakan kelenjar ini akan terasa sangat nyeri sehingga pasien menghindari tekanan atau gerakan di sekitar kelenjar tersebut. Daerah pembengkakan berwarna merah, tegang, dan teraba hangat. Seiring waktu, pembesaran getah bening ini bisa berisi nanah yang mengandung bakteri Y. pestis, nanah ini dapat mengalir ke luar secara spontan. Di sekitar pembengkakan terkadang dapat ditemui bekas gigitan kutu berupa tonjolan merah, luka dalam, atau seperti bisul yang disertai jaringan mati berwarna kehitaman (pes kutaneus).
.jpg)
Bakteri penyebab pes dapat menghasilkan racun (toksin) yang menyebar ke seluruh tubuh, sehingga jika penderita tidak diobati dengan baik dapat terjadi komplikasi lanjut. Komplikasi ini dapat berupa perdarahan di saluran napas, saluran pencernaan, saluran kencing, dan rongga-rongga tubuh; penurunan kesadaran sampai koma, kejang, kegagalan aliran darah, dan kegagalan organ sampai kematian. Pes bubonik yang sampai ke otak dan menyebabkan radang selaput otak disebut pes meningitis, dengan gejala sakit kepala, kejang, kaku leher, dan koma. Pes tipe bubonik umumnya menyebabkan gejala berat, namun terdapat juga pes bubonik ringan yang disebut pes minor.
2. Pes tipe infeksi luas (Septicemic plague)
Bakteri pada saluran getah bening dapat sampai ke aliran darah dan menyebar ke seluruh tubuh. Pada tipe septikemia, tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening. Gejala timbul dalam waktu sangat singkat, berupa demam, pucat, lemah, bingung, penurunan kesadaran hingga koma. Racun yang dihasilkan oleh bakteri dapat menyebabkan gumpalan darah kecil-kecil di seluruh tubuh sehingga menyebabkan hambatan aliran darah. Tidak adanya aliran darah menyebabkan kematian jaringan (gangrene) yang ditandai dengan warna kehitaman. Gumpalan darah ini menghabiskan bahan-bahan pembeku darah sehingga terjadi perdarahan di berbagai tempat, seperti perdarahan kulit yang tampak seperti bintik-bintik merah keunguan, batuk darah, buang air besar disertai darah, serta muntah darah. Jika tidak diobati, pes tipe ini fatal. Penderita dapat meninggal dunia pada hari pertama sampai ketiga setelah timbulnya demam.
3. Pes tipe paru – paru (pneumonik plague)
Pada pes tipe ini, bakteri terutama menginfeksi paru. Infeksi pada paru dapat terjadi secara primer akibat penularan dari udara atau titik-titik air liur (droplet) penderita lain, atau secara sekunder dari penyebaran bakteri melalui aliran darah pada tipe bubonik. Gejala tipe ini adalah kelemahan, nyeri kepala, demam, batuk dan sesak napas. Batuk umumnya berdahak cair dan disertai darah. Sejak awal dapat terjadi penurunan kesadaran dan penderita dapat meninggal pada hari keempat sampai kelima setelah gejala pertama timbul jika tidak diobati.
Penyebab Yang ditimbulkan:
Pes dapat ditemui di seluruh dunia, terutama di benua Afrika. Sebagian besar penderita pes merupakan penduduk desa, lebih banyak ditemui pada laki – laki, dan dapat terjadi pada semua umur.
Penyakit pes sebenarnya disebabkan oleh enterobakteria yang bernama Yersinia pestis dan nama ini diambil dari nama seorang ahli bakteri berkebangsaan Prancis yaitu AJE Yersin. Bakteri ini disebarkan oleh sejenis hewan pengerat dan dalam banyak permukiman di berbagai negara di seluruh dunia, tikus merupakan jenis hewan pengerat yang cukup akrab ditemui meskipun hewan ini tentu dianggap hama pengganngu bagi setiap permukiman yang disambanginya.
Di beberapa belahan dunia yang mempunyai tingkat sanitasi tempat tinggal yang tidak cukup baik, wabah
penyakit pes ini masih dapat ditemukan. Akan tetapi, bukan berarti mereka yang tinggal di permukimam modern akan sepenuhnya terbebas dari ancaman penyakit ini karena pada kenyataannya hama tikus masih bisa ditemukan bahkan di area permukiman yang cukup modern. Untuk itu, kebersihan rumah dan lingkungan tempat tinggal perlu dijaga baik-baik agar tikus enggan singgah dan menyebarkan segala penyakit yang akan sangat berbahaya bagi orang yang menderita penyakit tersebut.
Bakteri ini pada awalnya menginfeksi kutu. Ketika kutu menggigit tikus, maka tikus tersebut akan terinfeksi bakteri pes. Dengan demikian, jika kutu lain menggigit tikus sakit tersebut, maka kutu tersebut juga akan terinfeksi. Jika kutu – kutu ini menggigit manusia, maka bakteri dalam tubuh kutu akan masuk ke dalam tubuh manusia, mengikuti aliran getah bening dan menyebar melalui sirkulasi darah. Di kelenjar getah bening, bakteri ini menimbulkan reaksi radang berupa bengkak, kemerahan dan nanah.
Bakteri ini kemudian menyebar melalaui aliran darah ke organ-organ lain seperti limpa, paru-paru, hati, ginjal dan otak. Ketika sampai paru-paru, bakteri ini dapat menyebabkan radang (pneumonia) dan dapat menularkan penyakit kepada orang lain melalui batuk atau bersin. Bakteri yang dibatukkan dapat bertahan di udara dan dapat terhirup oleh orang lain. Pes tidak hanya dapat menginfeksi tikus, namun juga bisa menginfeksi kucing, anjing, dan tupai.
Selain melalui gigitan kutu,
Penyakit pes dapat menular dengan berbagai cara lain, yaitu :
a. Kontak titik-titik air liur (droplet) di udara: berupa batuk atau bersin dari penderita pes dengan radang paru.
b. Kontak langsung: berupa sentuhan kulit yang terluka terhadap nanah/luka penderita pes, termasuk kontak seksual.
c. Kontak tidak langsung: sentuhan terhadap tanah atau permukaan yang terkontaminasi bakteri.
d. Udara: hirupan udara yang mengandung bakteri Y. pestis karena bakteri ini dapat bertahan di udara cukup lama.
e. Makanan atau minuman yang tercemar bakteri.
Perlu diketahui bahwa setelah kontak dengan binatang yang membawa penyakit sampar ini, penderita baru akan mengalami gejala sakit setelah 2-6 hari karena memang masa inkubasi bakteri untuk berkembang dalam tubuh manusia adalah 2-6 hari. Akan tetapi, penyakit pes jenis baru mempunyai masa inkubasi yang lebih cepat sekitar 2-4 hari saja. Untuk menghindari terkena penyakit ini, pengobatan perlu dilakukan dengan menggunakan antibiotik terhadap orang-orang di sekitar penderita pes paling tidak 7 hari setelah kontak dengan penderita pes.
Pelindung termasuk sarung tangan, masker, dan lain-lain perlu digunakan saat akan melakukan kontak fisik dengan penderita. Kucing perlu dihindarkan dari memakan tikus dan bergaul dengan tikus dalam bentuk apa pun.
Penyakit pes dapat dicegah jika populasi tikus dan kutu dibatasi di lingkungan tempat tinggal dan melakukan vaksinasi saat harus berkunjung ke daerah epidemi.
Pengobatan :
Pengobatan dilakukan dengan cara terapi. Umumnya diperlukan perawatan inap untuk memulai terapi. Terapi utama adalah dengan pemberian antibiotik. Pemilihan jenis antibiotik bergantung pada gejala klinis penderita. Untuk gejala berat seperti tipe septikemia dan tipe pneumonik, Streptomisin adalah pilihan utama.
Obat ini diberikan secara suntik ke dalam otot (intramuskular) selama 5-7 hari. Antibiotik suntik dapat diganti menjadi obat tablet/pil jika terdapat perbaikan gejala. Total lama pengobatan pes adalah 7-10 hari. Untuk gejala ringan, dapat diberikan antibiotik Tetrasiklin. Tetrasiklin diberikan dalam bentuk tablet atau pil (per oral) selama 10-14 hari. Ada juga berbagai alternatif antibiotik lainnya adalah Gentamisin, Kloramfenikol, Doksisiklin, Trimetropim-Sulfametoksazol, dan Sulfadiazin.
Penderita yang dicurigai menderita pes pneumonik harus dirawat dalam ruang isolasi sampai minimal 2 hari pemberian antibiotik atau terbukti tidak menderita pes. Petugas kesehatan harus menggunakan masker untuk menghidari penularan melalui udara. Pes yang mengalami komplikasi harus dirawat secara intensif. Pembesaran kelenjar getah bening yang berisi nanah mungkin memerlukan pengeluaran nanah secara bedah.
Jika tidak diobati, pes menyebabkan kematian pada >50% penderita tipe bubonik dan hampir 100% pada tipe septikemia dan pneumonik. Tingginya angka kematian dipengaruhi juga oleh keterlambatan diagnosis, kesalahan diagnosis, keterlambatan pengobatan, atau ketidaktepatan pengobatan.
Tindakan pencegahan pes dapat berupa menghindari daerah yang rawan pes; menghindari hewan yang sakit atau mati; menggunakan obat pengusir serangga atau baju pelindung jika berisiko terpapar kutu; serta menggunakan sarung tangan jika harus menangani hewan mati.
Tempat tinggal dan makanan hewan pengerat (sampah, makanan hewan) harus dimusnahkan dari sekitar tempat tinggal. Jika seseorang diketahui terpapar oleh kutu atau hewan mati, dapat diberikan pengobatan antibiotik pencegahan selama 5 hari.
Vaksinasi pes tersedia dan saat ini digunakan untuk petugas laboratorium yang berisiko terpapar bakteri pes serta orang-orang dengan pekerjaan yang berkaitan dengan binatang pengerat.
Nah sob, bagi pecinta hewan nih, harus hati-hati ya, seperti kucing dan hewan-hewan lainnya, karena virus ini bisa ditularkan kehewan peliharaan kita sob, sayang sama binatang sih boleh, tapi kita juga harus sayang dengan kesehatan tubuh kita juga looohhhh. :)
Buat kamu,Thanks yang udah berkunjung ke blog Q.
Jangan pernah bosen & selamat menikmati hari liburannya.